Jumlah populasi Jerapah semakin menurun, bahkan sudah sampai terancam punah jika perburuan terhadap binatang tersebut tidak dihentikan (Reuters/Jose Luis Gonzalez)
Fisik jerapah yang menjulang tinggi sekitar 5,8 meter, membuatnya mudah dilihat oleh pemburu yang tergiur melakukan jual beli bagian tubuh jerapah. Konon, harga kepala atau tulang-belulang jerapah berkisar US$ 140 atau sekitar Rp 1,7 juta per potong.
Menurut laporan Nature World News, para pemburu yang tak bertanggung jawab rela menjelajah ke 21 negara tempat jerapah bersemayam, kemudian menargetkan jerapah sebagai sasaran tembak. Hal ini dilakukan di taman nasional milik negara, swasta, maupun lahan umum.
Akibatnya, saat ini jumlah jerapah dari Afrika Barat yang tersisa di Nigeria kurang dari 300 ekor, serta kurang dari 700 ekor lainnya bisa ditemukan di Uganda dan Kenya.
Dr. Julian Fennessy, ahli satwa liar memprediksi, populasi mamalia tertinggi di dunia itu telah menurun drastis dari 140 ribu menjadi 80 ribu pada hari ini.
"Jerapah belum terdapat di banyak agenda NGO, semoga tak lama lagi bisa semakin diperhatikan," kata Fennessy.
Menurut African Wildlife Foundation, manusia turut mendorong penurunan populasi jerapah. Habitat mereka dari hutan dan dataran terbuka tersingkir lantaran aktivitas pertanian atau pembangunan jalan.
Belum lagi, ada kepercayaan di kawasan Afrika, bahwa ekor jerapah yang dijadikan gelang bisa membawa keberuntungan hingga dipakai sebagai benang untuk menjahit.
Menurut laporan Rothschild Giraffe Project pada 2010, banyak orang Tanzania yang percaya daging jerapah bisa menjadi obat untuk HIV/AIDS.
“Hal ini diyakini (di Tanzania) bahwa otak jerapah dan sumsum tulang dapat menyebuhkan penderita HIV/AIDS,” tulis peneliti Zoe Muller.
Menurut laporan Nature World News, para pemburu yang tak bertanggung jawab rela menjelajah ke 21 negara tempat jerapah bersemayam, kemudian menargetkan jerapah sebagai sasaran tembak. Hal ini dilakukan di taman nasional milik negara, swasta, maupun lahan umum.
Akibatnya, saat ini jumlah jerapah dari Afrika Barat yang tersisa di Nigeria kurang dari 300 ekor, serta kurang dari 700 ekor lainnya bisa ditemukan di Uganda dan Kenya.
Dr. Julian Fennessy, ahli satwa liar memprediksi, populasi mamalia tertinggi di dunia itu telah menurun drastis dari 140 ribu menjadi 80 ribu pada hari ini.
"Jerapah belum terdapat di banyak agenda NGO, semoga tak lama lagi bisa semakin diperhatikan," kata Fennessy.
Menurut African Wildlife Foundation, manusia turut mendorong penurunan populasi jerapah. Habitat mereka dari hutan dan dataran terbuka tersingkir lantaran aktivitas pertanian atau pembangunan jalan.
Belum lagi, ada kepercayaan di kawasan Afrika, bahwa ekor jerapah yang dijadikan gelang bisa membawa keberuntungan hingga dipakai sebagai benang untuk menjahit.
Menurut laporan Rothschild Giraffe Project pada 2010, banyak orang Tanzania yang percaya daging jerapah bisa menjadi obat untuk HIV/AIDS.
“Hal ini diyakini (di Tanzania) bahwa otak jerapah dan sumsum tulang dapat menyebuhkan penderita HIV/AIDS,” tulis peneliti Zoe Muller.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar