Biografi Kaka: Pesepak Bola Sederhana
Ilustrasi biografi kaka
Walaupun memiliki tradisi sepak bola joga bonito yang kuat, Ricardo Izecson dos Santos (Kaka) tidak bermain seperti kebanyakan pemain Brazil. Ia selalu mencoba bermain efektif lewat kecepatan dan visinya. Kaka adalah satu dari sedikit pemain Brazil yang bermain indah, namun sederhana. Biografi Kaka pun menjadi menarik untuk disimak. Setidaknya di dalam biografi itu bisa terlihat bagaimana Ricardo membangun karir hingga kemudian menjadi investasi klub besar Real Madrid.
Seperti galibnya sebuah biografi, demikian pula dengan biografi Kaka, yaitu penuh inspirasi, mengungkap apa yang jarang diungkap media massa selama ini. Kehidupan keluarga, asmara dan tentu saja karir, menjadi sisi menarik dari sosok pemain sepakbola yang terkenal santun dan religious ini. Setidaknya itulah kesan dari para teman-temannya baik di Real Madrid maupun sesama pemain Brazil yang sama-sama pernah tergabung dalam timnas tim samba tersebut.
Sekalipun belakangan ini ketajaman Kaka mulai menurun, tapi anehnya Real Madrid tak pernah berniat untuk melepasnya. Sebaliknya justru telah ditawari kontrak seumur hidup. Padahal tidak kurang dari klub yang mulai terlihat jorjoran dalam membelanjakan uang untuk mencari pemain berbakat, klub PSG Prancis, terus mengincar Kaka. Tentu saja rahasia-rahasia yang jarang terungkap oleh media tersebut, bisa anda temukan dalam biografi Kaka.
Perjalanan Karier
Kaka memulai karier sebagai pesepak bola di klub Sao Paulo Junior pada usia delapan tahun. Sejak usia empat tahun bakat Kaka dalam mengocek bola memang sudah terlihat lebih menonjol dibanding teman-teman seusianya. Langkah Sao Paulo Junior merekrut Kaka untuk menjadi bagian dari sejarah klub yang melahirkan banyak pemain berbakat tersebut memang tepat. Setidaknya setelah 7 tahun menjadi bagian dari klub Sao Paulo Junior, pada usia 15 tahun, Kaka mulai menjadi pemain profesional dengan meneken kontrak. Pada Januari 2001, Kaka mendapatkan kesempatan untuk melakukan debut seniornya. Musim pertamanya berjalan cukup baik. Ia mencetak 12 gol dalam 27 pertandingan yang dilakukan. Ini merupakan catatan gol yang sangat baik bagi seorang pemain tengah. Tentu saja perjalanan ini membanggakan manejemen klub Sao Paulo, mengingat posisi Kaka yang sering dipasang sebagai pemain tengah dan bukan striker. Lagi-lagi langkah klub Sao Paulo memang tidak salah. Setidaknya hanya butuh waktu 2 tahun sebelum akhirnya Kaka benar-benar menarik perhatian manajemen AC Milan.
Dengan track record Kaka yang bagus di Sao Paulo itulah, pada 2003, Kaka dikontrak oleh salah satu klub terbesar dunia, AC Milan. Kaka ditransfer sebesar 8,5 juta euro. Ini merupakan transfer terbaik Milan selama satu dekade. Di Milan, Kaka memberikan semua kemampuan terbaiknya, loyalitas dan skill. Sampai saat ini, Kaka merupakan salah satu pemain Milan yang masih mendapat tempat di hati para Milanisiti meskipun sudah berganti kostum. Selama bergabung bersama AC Milan, Ricardo Kaka telah berhasil mempersembahkan Piala Italia, Scudeto, dan Piala Champions, pada AC Milan. Tentu saja catatan karir yang membanggakan bagi Kaka sekaligus menjadi catatan manis selama membela klub AC Milan.
Para pengamat sepakbola menilai bahwa di Milan lah, Kaka mencapai puncak kariernya. Setelah mengantar Milan juara Liga Champions dengan mengalahkan Liverpool, Kaka mendapatkan penghargaan sebagai pemain terbaik dunia. Di sini, para tim yang banyak uang mulai melirik Kaka. Akhirnya, Madrid menjadi klub Kaka selanjutnya. Kepindahan Kaka menuju Madrid pada 2009 juga bukan karena keinginannya tapi lebih karena manajemen yang sedang membutuhkan uang.
Secara pribadi, Kaka ingin menghabiskan kariernya bersama Milan. Ia memang telah mendapatkan segala, penghargaan sebagai pemain sepakbola, penghargaan dari para penggemar AC Milan yang selalu mengelu-elukan namanya juga kekayaan yang sangat baik bagi seorang pemain muda seperti dirinya. Namun saat itu, Presiden AC Milan, Silvio Berlusconi, membutuhkan uang dan ingin melakukan peremajaan tim. Maka dari itu, Milan menjual Kaka. Bahkan, dengan sangat gamblang, presiden AC Milan berkata bahwa penjualan Kaka ke Madrid adalah karena masalah finansial. "Saya tidak bisa membiarkan Milan kehilangan uang 70 juta dolar," ujarnya pada Gazzeta delloSport. Bagi manajemen AC Milan, Kaka memang sumber untuk menyelamatkan keuangan klub.
Demikianlah dalam sebuah industri sepakbola, setiap pemain adalah asset klub yang bisa menyelamatkan saat keuangan klub sedang defisit. Sebagai pemain profesional, tentu saja Kaka tak bisa menolak, apalagi di klub barunya ia bisa mendapatkan finansial yang semakin meningkat. Sekalipun pada perjalanan selanjutnya di bawah pelatih Jose Mourinho, Kaka sering mengisi bangku cadangan karena permainannya yang tidak secemerlang saat membela klub AC Milan.
Kaka yang Sederhana
Meskipun Kaka merupakan pemain bintang, ia selalu sederhana. Kesan ini terlontar dari teman-teman di klub maupun di mantan klubnya. Kaka juga terkenal sangat religius. Ia selalu berkata bahwa dirinya adalah milik Jesus. Kaka juga sangat jauh dengan kehidupan glamor seperti pesepak bola Real Madrid lain. Bahkan, semua trofi pribadinya disumbangkan pada gereja. Inilah salah satu alasan kenapa Kaka tidak terlalu populer di kalangan dunia selebritas. Padahal, wajahnya tampan, kaya, dan mempunyai karier cemerlang. Itu karena Kaka terlalu sederhana. Sederhana dan religious rupanya bukan santapan empuk para pengejar gosip, termasuk gosip dari lapangan hijau. Maka di Real Madrid sendiri, Kaka seperti tenggelam dalam kegiatannya dan terkesan menjauhi dunia selebritas yang glamour khas kalangan atas dunia. Maka, jangan pernah berharap mendapatkan berita atau gosip ketika Kaka berada di klub malam misalnya, atau Kaka yang tertangkap kamera sedang main perempuan seperti yang sering dilakukan rekan seklubnya, Christiano Ronaldo, yang doyan gonta-ganti pacar. Bahkan Ronaldo sering menghabiskan ratusan ribu euro semalam untuk berkencan dan di klub malam.
Ketaatan Kaka dalam beragama tak bisa dipisahkan dari insiden kecelakaan yang menimpanya pada 2000. Saat itu, Kaka divonis tidak bisa sembuh dan bermain bola kembali. Namun, berkat keajaiban, Kaka sembuah total. "Ini adalah kehendak Tuhan," ujar Kaka. Kaka juga dibesarkan oleh keluarga yang religius. Tidak seperti kebanyakan pemain sepak bola yang berasal dari keluarga miskin, Kaka adalah anak dari keluarga kelas menengah di Brazil. Jadi, ketika kekayaan melimpah menghampirinya, tidak membuat Kaka gelap mata sebagai orang kaya baru.
Selain itu sebagai anak yang patuh pada orang tua dan terkenal sebagai seorang family man, Kaka juga senantiasa selalu membawa nama baik keluarga dimana pun sedang berada. Lagi-lagi keluarga yang adem ayem, memang tidak menarik media untuk mempublikasikannya. Apalagi belakangan ini ketajaman Kaka sebagai pemain tengah yang sering mencetak gol juga mulai berkurang. Namun tentu saja bukan berarti posisinya sebagai pemain tengah sudah benar-benar merosot. Saat Kaka mendapat bola, dengan gerakan lincah dan efektif, bisa tiba-tiba mengancam gawang lawan. Itulah Ricardo Kaka, pemain bola sederhana dan religious.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar